Aneka Jateng – Dalam era digital ini, keamanan data menjadi salah satu isu paling krusial bagi pengguna teknologi, terutama mereka yang mempercayakan informasi pribadi mereka kepada layanan cloud seperti iCloud.
Baru-baru ini, muncul perdebatan panas antara pemerintah Inggris dan Apple terkait dengan permintaan akses terhadap data terenkripsi di iCloud. Isu ini bukan hanya tentang privasi, tetapi juga menyangkut keamanan data pengguna di seluruh dunia. Jika kamu sering menyimpan data penting di iCloud, kamu wajib tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Apa yang Diminta oleh Pemerintah Inggris?
Beberapa waktu lalu, pemerintah Inggris mengajukan permintaan kepada Apple untuk memberikan akses ke data pengguna yang disimpan di iCloud, khususnya yang menggunakan fitur Advanced Data Protection (ADP). ADP ini memungkinkan enkripsi ujung ke ujung (end-to-end encryption), yang berarti hanya pemilik akun yang bisa mengakses data mereka sendiri. Bahkan Apple pun tidak bisa melihat isi data yang tersimpan di iCloud.
Namun, pemerintah Inggris menginginkan akses ke data ini dengan alasan keamanan nasional. Mereka mengklaim bahwa permintaan ini bukan untuk mengawasi setiap pengguna iCloud, tetapi hanya untuk kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan ancaman serius. Jika Apple menyetujui permintaan ini, maka enkripsi yang selama ini melindungi data pengguna bisa menjadi sia-sia.
Reaksi Keras dari Politisi Amerika Serikat
Permintaan ini langsung mendapatkan reaksi keras dari dua politisi Amerika Serikat, Senator Ron Wyden dan Congressman Andy Biggs. Mereka menyebut permintaan Inggris ini sebagai tindakan yang “berbahaya” dan “ceroboh” karena bisa mengancam keamanan data pengguna iCloud di seluruh dunia.
Mereka bahkan meminta Direktur Intelijen Nasional AS, Tulsi Gabbard, untuk memberikan ultimatum kepada Inggris: “Tarik kembali permintaan ini atau hadapi konsekuensi serius.” Mereka juga mengingatkan bahwa jika Apple dipaksa untuk menciptakan celah keamanan (backdoor) di iCloud untuk Inggris, maka negara lain seperti China dan Rusia juga bisa menuntut hal yang sama. Ini bisa membuka peluang bagi peretasan dan penyalahgunaan data berskala global.